Senin, 04 Agustus 2008

Ada Apa Dengan Pendidikan?

Ada Apa Dengan Pendidikan?
Oleh : Amalia Sekarjati

Hmm, apa ya yang bisa gw katakan tentang sistem pendidikan di Indonesia? Mungkin pertama-tama, gw mau ngasih opini tentang kondisi sasaran si pendidikan ini dulu, yakni generasi muda yang idealnya belajar di institusi pendidikan formal.

Ada banyak hal yang merupakan gambaran kondisi ‘buruk’ yang terjadi pada generasi muda. Tapi satu hal yang mendasari itu semua adalah rasa malas untuk belajar, terutama belajar di kelas. Alasannya banyak, ga suka mata pelajaran, gurunya ga enak, membosankan, yang terutama adalah adanya hal lain yang lebih menarik dan lebih menyenangkan. Alhasil, rajin sih ke sekolah, tapi males belajar (curhatan pribadi :p).

Kalau mau menyalahkan, hampir sebagian besar kesalahan ini rasanya sangat bisa dicurahkan kepada pemerintah. Pertama, kurikulum yang gonta-ganti ga jelas. Makin baik sih, tapi penerapannya yang bikin pergantian kurikulum bikin kesel. Waktu perpindahan ke KBK. Sebenernya bagus, karena anak ga cuma dinilai secara kognitif aja, tapi juga afektif dan psikomotorik. Tapi kerjaan guru jadi banyak banget, sehingga ujung-ujungnya penilaiannya tetep cenderung ke kognitif. Pas ambil rapot, ga banyak yang bisa diceritakan ke orang tua murid. Nilai untuk kerapihan, keterampilan, dsbnya itu asal nilai A atau B. Lebih ribet lagi waktu sistem SAS mulai diberlakukan. Bagus sih, karena kalau pun ada pengulangan, cuma yang kita belum bisa aja yang diulang. Tapi kerjaan guru kayak makin ribet dan kadang-kadang guru suka capek sendiri.

Kalau gw boleh bilang, mendingan jam sekolah dikurangin, deh. Dari jam 7 sampai jam 12 dengan istirahat satu kali, + 45 menit. Senin-Jum’at. Tapi, materi yang harus dipelajarin juga jangan banyak-banyak. Misal, satu semester ga perlu sampai 6 BAB. 2-3 BAB aja, tapi murid bener-bener ngerti. Kalau ada anak yang cepet dan udah duluan ngerti, ya suruh aja dia baca bab selanjutnya atau belajar apapun yang mau dia pelajarin. Jadi, ya standar belajarnya bisa merata dan yang cepet ngerti juga ga bosen belajar yang dia udah kuasai.

Kalaupun masih kekeuh mau belajar dari jam 7 sampai sore, mendingan dibanyakin kelas bimbingan konseling atau kelas kepemimpinan atau apapun yang bisa melatih kemampuan mental para muda-mudi. Dan bagi gw, kegiatan ekstrakurikuler itu penting banget, lho. Jangan cuma sekedar buat bikin program kerja atau belajar keorganisasian tapi emang buat menyalurkan bakat minat kita. Juga sebaliknya. Kelas konseling atau ruangan BK jangan cuma buat manggilin anak-anak bermasalah apalagi karena mereka sering ga pakai sepatu item. Tapi juga sering masuk kelas untuk memantau juga mengarahkan pengembangan karakter tiap anak.

Walaupun begitu, masalah utama pendidikan saat ini, menurut gw, adalah tidak adanya kesamaan pemikiran betapa pentingnya pendidikan. Apalagi sekarang trendnya kapitalisme. Kalau semua udah punya kesamaan visi misi mengenai pendidikan, menurut gw ga akan ada sinetron dan film yang jadinya malah pembodohan, ga ada artis yang mau main film kayak gitu, dan ga ada stasiun TV yang mau nayangin (gw lagi kagum sama DAAI TV). Yang ada sekolah bisnis bagus, bukan sekolah yang bagus dijadiin bisnis. Orang tua akan memberikan pengajaran untuk anak-anak mereka dan para anak-anak akhirnya juga akan berkembang dengan baik dan nyaman untuk belajar. Dan pastinya sekolah akan jadi lapangan pekerjaan yang bisa menyedot SDM cukup besar karena setelah gw pikir-pikir, sebenernya sekolah itu butuh banget banyak guru berkualitas. Apalagi sekarang, jarang orang mau jadi guru, apalagi mempertimbangkan gajinya yang ga begitu besar.

Buat kita para muda mudinya, kalau ini semua baru impian saat ini, sangat benar kalau kita bisa mewujudkannya. Ga perlu nunggu kita punya modal besar untuk bikin sekolah sendiri, ada baiknya kita juga belajar sesuai sistem pendidikan sekarang. Kalau kita ga bisa menyesuaikan, tandanya kita ga lebih baik dari siapapun yang kita salahkan atas keengganan kita datang ke sekolah. Waktu ada 24 jam, kalau kita sekolah 10 jam, masih ada 14 jam yang bisa kita pakai untuk belajar versi kita sendiri :-) Dan jangan berhenti untuk ingin tahu dan cari tahu.

Gw pernah baca di Kompas, gw lupa ini hasil pemikiran siapa. Bokap gw bilang sih Pak Mochtar Buchori juga menerapkan pemikiran ini. Dan gw harap setiap orang bisa menerapkan ini..

Ajarkan pada anak mengenai tiga hal : menghidupi diri sendiri, kehidupan yang bermakna, dan memuliakan kehidupan..

2 Comments:

Blogger unee said...

Artikel yang bagus.Um..correction,educative would be the right word :).Good job.

1 September 2008 pukul 12.33  
Anonymous Anonim said...

Thanks for the correction :-)
Terus diingatkan, ya :-)
Adakah yang mau menambahkan informasi serta opininya?
Silahken..

15 September 2008 pukul 00.39  

Posting Komentar

<< Home